Spoiler Film Dancing Village: The Curse Begins (Badarawuhi di Desa Penari) (2024)
Buat kalian yang udah pernah nonton film KKN di Desa Penari beberapa tahun lalu, Dancing Village: The Curse Begins atau Badarawuhi di Desa Penari merupakan prekuel dari film tersebut. Karena seperti yang kita tahu, ada beberapa hal yang sebetulnya belum diceritakan dalam film KKN di Desa Penari. Terutama kalau kalian sempat ngikutin utasnya di Twitter (X). Yap, salah satunya tentang pekuburan yang seluruh makamnya ditutupi kain hitam.
Kepergian Inggri, Ibunda Mila dari Desa Penari
Kisah ini bermula, ketika ditahun 1955 mbah buyut dan mbah putri merencanakan sebuah ritual untuk melepaskan warga desa dari cengkraman bangsa lelembut. Kebetulan, saat itu ada calon dawuh yang salah satunya merupakan anak kembar, yakni Jiyanti. Karena Jiyanti dan Santika kembarannya memiliki 1 ari-ari. Maka saat itu, Santika yang tak rela kembarannya ditumbalkan, menyusun rencana dengan mbah putri untuk menukar posisinya dengan Jiyanti dalam ritual yang akan dilakukan. Yap, Santika merelakan dirinya untuk ditumbalkan menjadi dawuh menggantikan saudari kembarnya Jiyanti. Sebuah rencana yang saat itu tidak diketahui oleh satupun warga desa. Hanya mbah buyut dan mbah putrilah yang tahu dan menyimpan rapat rahasia ini selama berpuluh-puluh tahun.
Sementara ritual berlangsung, mbah putri menyuruh anaknya Inggri untuk bersiap di hutan. Selesai ritual, kawat duri yang semestinya disematkan mbah putri pada lengan Santika, dibawanya lari menuju hutan. Yap, mbah putri menyuruh Inggri membawa kawat duri milik Badarawuhi tersebut keluar dari desa mereka. Agar warga desa dapat lepas dari cengkraman Badarawuhi dan bangsa lelembut.
Ibunda Mila Mengalami Penyakit Aneh
25 tahun berlalu, hingga akhirnya Inggri mengalami penyakit aneh. Ia hanya dapat terbaring lemah dengan jentikan jari dan gestur tubuh yang seakan tengah menari. Ibu Yuda yang tak tega melihat kondisi saudarinya itu, akhirnya berinisiatif untuk meminta bantuan pada seorang paranormal. Dan dari paranormal inilah Mila (anak dari Inggri) kemudian tahu bahwa penyebab semua ini adalah karena kawat duri yang dibawa oleh ibunya keluar dari desa 25 tahun silam. Kawat duri yang menurut penuturan paranormal tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya. Mila yang saat itu belum mengetahui apapun tentang kawat duri ini, meminta Yuda dan Arya menemaninya mencari desa tersebut. Namun, karena diantara mereka tak ada satupun yang tahu tentang desa yang dimaksud merekapun akhirnya meminta bantuan kepada Jito, salah satu penduduk disekitar desa tersebut yang juga merupakan teman baik Arya. Singkat cerita, mereka berempat pun akhirnya pergi ke desa penari.
Mila Harus mengembalikan kawat duri untuk menyembuhkan ibunya
Mila sejatinya telah mulai merasakan hal-hal aneh saat memasuki desa ini. Namun karena keinginannya untuk menyembuhkan ibunya, ia berusaha untuk tidak menghiraukan semua hal aneh tersebut. Sesampainya mereka di desa penari. Mbah putri yang juga merupakan nenek Mila ternyata baru saja meninggal, sehingga satu-satunya orang yang bisa mereka tanya tentang hal ini hanyalah Mbah buyut. Sayangnya, mbah buyut sedang tidak ada didesa. Sehingga merekapun kemudian memutuskan untuk bermalam didesa tersebut.
Di desa penari, kejadian aneh mulai terjadi
Yuda yang tak tega melihat Mila tidur di Gardu, akhirnya menghampiri Ratih yang kala itu tengah memberi makan ternak. dan meminta izin agar sepupunya itu diperbolehkan menginap dirumah Ratih. Ratih pun mengizinkan Mila tidur dirumahnya. Namun kejadian mistis mulai kembali terjadi. Saat terbangun untuk minum air ditengah malam, Mila tidak sengaja mendengar Jiyanti, ibunya Ratih sedang menembang (menyanyikan lagu jawa). Disinilah ia akhirnya tahu kalau ibunya Ratih ternyata juga mengalami penyakit yang sama. Dengan penyakit yang saat ini tengah dialami oleh ibunya. Mila pun mulai menceritakan semua maksud dan tujuannya datang ke desa tersebut pada Ratih. Hingga misi utamanya untuk mengembalikan kawat duri tersebut agar ibunya bisa sembuh. Mengetahui semua ini, Ratih pun hanya dapat meminta Mila untuk menunggu kedatangan mbah buyut.
Singkat cerita, keesokan paginya, mereka berlima pun akhirnya memutuskan untuk mandi. Bersama Ratih, Mila pun mandi di padusan sinden kembar, tempat pemandian yang dulunya digunakan oleh para penari didesa tersebut. Sementara Yuda, Arya dan Jito mandi di pemandian lelaki yang tak jauh dari situ. Dari sini, kejadian aneh mulai kembali terjadi. Mila yang tengah mandi tiba-tiba mendengar suara seorang perempuan tengah menembang. Iyapun buru-buru membasuh dirinya dan keluar untuk melihatnya. Saat keluar, ia melihat Ratih tengah berada di pemandian dan tengah menembang. Ia pun akhirnya menyusul Ratih untuk masuk kedalam pemandian. Namun tanpa disangka, wanita yang ia kira adalah Ratih ternyata merupakan Badarawuhi. Seketika pemandian tersebut penuh dengan ular. Untungnya Ratih segera menarik Mila keluar dari pemandian. Mereka berduapun bergegas untuk pulang. Sementara Yuda, Arya, dan Jito justru tersasar ke area pemakaman yang seluruhnya ditutupi kain hitam. Yuda yang sudah mulai merasakan keanehan tersebut sebetulnya sudah mengajak Mila untuk pulang dan meninggalkan desa tersebut. Namun Mila kekeh untuk tetap menunggu mbah buyut. Mereka pun akhirnya kembali bermalam didesa tersebut.
Seperti malam sebelumnya, keanehan mulai kembali terjadi. Mila mulai mendengar suara keramaian seperti sebuah pentas seni yang tengah berlangsung tak jauh dari rumah Ratih. Ratih yang juga mendengarnya, kemudian mengajak Mila untuk memeriksanya ke desa sebelah. Karena tanpa sepengetahuan Mila, Ratih ternyata ada dibawah ancaman Badarawuhi. Merekapu akhirnya pergi ke desa tersebut.
Desa yang sebetulnya hanya dihuni oleh bangsa lelembut. Sebuah tempat terlarang, yang tidak boleh didatangi oleh siapapun. Disinilah Mila kembali bertemu dengan Badarawuhi. Mila yang kala itu membawa serta kawat duri ditangannya. Akhirnya menyerahkan benda tersebut kepada Badarawuhi.
Ia sama sekali tidak tahu, bahwa perbuatannya itu justru membuat warga desa kembali berada dalam cengkraman Badarawuhi. Yap, Badarawuhi pun kembali meminta dawuh alias tumbal untuk dijadikan seorang penari di desa lelembut. Ia pun meneror warga desa dengan membunuh semua ternak mereka dan mengeringkan semua hasil tani warga. Melihat hal ini, mbah buyutpun mulai mempersiapkan sebuah ritual.
Ritual para calon dawuh
7 orang wanita desa pun akhirnya dipilih untuk menjadi calon dawuh, termasuk Ratih dan Mila. Karena hanya mereka inilah yang dapat menikmati kopi pahit yang dihidangkan mbah buyut dan menganggapnya manis. Ketujuh gadis desa inipun akhirnya mulai dipersiapkan untuk sebuah ritual yang sudah lama tidak dilakukan oleh warga desa. Sementara warga desa yang lain, termasuk Yuda, Arya dan Jito diminta mengunci pintu dan jendela serta berada dirumah selama ritual berlangsung. Dengan tidak henti-hentinya membunyikan kentongan yang telah diisi dengan arang.
Singkat cerita, ritual pun berlangsung. Dan satu persatu calon dawuh tersebut mulai pingsan. Hingga hanya tersisa Ratih dan Mila. Dimana salah satu dari mereka akan dipilih. Saat mbah buyut dan warga yang mengikuti ritual tersebut menyangka bahwa Ratihlah yang dipilih karena Mila tumbang lebih dulu. Mereka justru dibuat kaget karena Mila kembali bangkit dan menari. Hal yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Di Angkara Murka, tempat dimana Badarawuhi berada. Mila ternyata berjumpa dengan Ratih, Jiyanti (ibunya Ratih), dan Ibunya sendiri Inggri yang sudah mengenakan pakaian sinden/penari. Disinilah Mila terakhir kali berjumpa dengan ibunya, yang menyuruhnya untuk pergi dan tidak menuruti permintaan Badarawuhi. Mbah buyut yang mulai mengkhawatirkan hal ini akhirnya berubah menjadi Kirik ireng alias Anjing hitam untuk mencari keberadaan Mila dan Ratih. Syukurlah, Mila dapat kembali dari Angkara Murka. Meski Badarawuhi terus membisiki Mila "Ning kene wae yo ndok (disini saja ya nak)".
Sementara Ratih dan Ibunya harus mati karena jiwa mereka telah tertahan di Angkara Murka dan tidak dapat kembali. Ratih dan ibunya pun akhirnya dimakamkan oleh warga sekitar diarea pekuburan yang pernah dilihat oleh Yuda, Arya dan Jito. Sebuah pekuburan yang ternyata dikhususkan bagi mereka yang menjadi tumbal dan dipilih oleh Badarawuhi untuk menjadi dawuh. Itu mengapa seluruh nisannya ditutupi dengan kain hitam.
Sementara Mila, Yuda, Arya dan Jito akhirnya pamit meninggalkan desa tersebut. Naas, sesampainya dirumah Mila harus siap menerima kenyataan bahwa Ibunya telah berpulang ke pangkuan Ilahi.
Btw, diutasnya sendiri sebetulnya diceritakan bahwa warga desa penari tersebut seluruhnya telah tiada. Dan alasan mengapa ditutupi kain hitam? sebetulnya adalah karena nama pada nisan tersebut adalah nama dari warga desa yang dijumpai para mahasiswa yang tengah melakukan KKN. Atau dengan kata lain mereka sebetulnya KKN di desa lelembut. Desa yang tidak ada penghuninya. Namun cerita ini kelihatannya diubah didalam film prekuel ini. Sehingga seolah warga desa penari hidup berdampingan dengan desa lelembut. Dan yang dimakamkan disana hanya warga desa yang menjadi tumbal untuk Badarawuhi.
Posting Komentar
Posting Komentar