Kenali, 6 Jenis Bullying yang Sering Terjadi Disekitar Kita

Table of Contents



Bullying atau perundungan masih menjadi masalah serius yang kerap terjadi di sekitar kita, baik di lingkungan sekolah, tempat kerja, maupun dunia maya. Sayangnya, tidak semua orang memahami berbagai bentuk dan jenis bullying yang ada. Padahal, dengan mengenali jenis-jenisnya, kamu bisa lebih peka dan membantu mencegah terjadinya perundungan disekitarmu.

Bullying bukan hanya sekadar kekerasan fisik yang terlihat mata. Tindakan ini memiliki berbagai bentuk, mulai dari serangan verbal, manipulasi sosial, hingga intimidasi melalui platform digital. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Çalışkan et al. (2019), sekitar 12% siswa melakukan bullying, 15,9% menjadi korban, dan 15,1% berperan sebagai pelaku sekaligus korban. Data ini menunjukkan betapa luasnya dampak perundungan dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis-jenis Bullying yang Sering Terjadi




Memahami jenis-jenis bullying sangat penting karena setiap bentuk bullying memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda-beda. Dengan pengetahuan yang tepat, kamu tidak hanya bisa melindungi diri sendiri, tetapi juga membantu orang lain yang mungkin sedang mengalami perundungan.

1. Bullying Fisik (Physical Bullying)

Bullying fisik merupakan jenis perundungan yang paling mudah dikenali karena melibatkan kontak fisik langsung antara pelaku dan korban. Jenis perundungan ini mencakup berbagai tindakan kekerasan yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan pada tubuh korban. Contoh-contoh bullying fisik yang sering terjadi antara lain memukul, memaksa, menendang, mendorong, mencubit, menjambak, menarik baju, meludahi, hingga merusak barang milik korban. 

Yang perlu kamu ketahui, bullying fisik tidak hanya berupa pukulan atau tendangan saja. Tindakan seperti menjegal seseorang, memaksa korban melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, atau bahkan merusak barang pribadi korban juga termasuk dalam kategori ini. Menurut data penelitian, anak laki-laki cenderung lebih sering melakukan bullying fisik dibandingkan perempuan, dengan tingkat kejadian sekitar 2,4 kali lebih tinggi.

Bullying fisik seringkali meninggalkan jejak yang jelas, baik berupa luka, memar, atau kerusakan barang. Oleh karena itu, jenis perundungan ini relatif lebih mudah untuk dideteksi dan dilaporkan. Namun, dampaknya tidak hanya terbatas pada cedera fisik, tetapi juga trauma psikologis yang bisa bertahan lama.

2. Bullying Verbal (Verbal Bullying)

Bullying verbal melibatkan penggunaan kata-kata atau bahasa untuk menyakiti, mengintimidasi, atau merendahkan seseorang. Jenis perundungan ini seringkali dianggap remeh padahal dampaknya bisa sangat merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental korban.

Berbagai bentuk bullying verbal yang sering terjadi meliputi mengejek, menghina, memberikan julukan yang menyakitkan, mengancam, membentak, berbicara kotor, dan menyebarkan gosip. Penelitian menunjukkan bahwa bullying verbal merupakan jenis yang paling dominan dialami siswa, dengan persentase mencapai 35,75%. Di Indonesia, hasil penelitian Batubara (2024) menemukan bahwa dari 25 siswa yang menjadi korban bullying, sebanyak 17 siswa mengalami bullying verbal.

Contoh konkret bullying verbal yang sering terjadi antara lain mengejek nama orang tua, menghina pekerjaan orang tua, menghina kekurangan fisik, dan menghina perbedaan agama atau latar belakang. Yang mengkhawatirkan, banyak pelaku atau bahkan korban tidak menyadari bahwa tindakan tersebut termasuk perundungan karena sering dianggap sebagai "lelucon" atau "permainan" biasa.

Bullying verbal memiliki karakteristik khusus karena bisa terjadi kapan saja tanpa meninggalkan jejak fisik. Namun, dampak psikologisnya sangat signifikan. Penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara bullying verbal dengan kecemasan sosial, dengan nilai korelasi r = 0,350. Semakin tinggi intensitas bullying verbal yang dialami, semakin tinggi pula tingkat kecemasan sosial yang muncul pada korban.

3. Bullying Sosial (Social/Relational Bullying)

Bullying sosial, yang juga dikenal sebagai bullying relasional, merupakan tindakan agresi yang dilakukan dengan cara mengucilkan, menjauhi, atau merusak hubungan sosial korban. Jenis perundungan ini seringkali sulit dideteksi karena tidak melibatkan kekerasan fisik atau verbal yang jelas, namun dampaknya sangat merusak bagi korban.

Bullying relasional bertujuan untuk melemahkan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Contoh-contoh tindakan ini meliputi sengaja tidak mengikutsertakan seseorang dalam kegiatan kelompok, menyebarkan rumor atau gosip, menghasut orang lain untuk menjauhi korban, dan memberikan tatapan atau gerakan tubuh yang merendahkan.

Sebuah studi menemukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan siswa menjadi korban bullying relasional antara lain: sulit diajak bergaul, memiliki latar belakang keluarga yang kurang mampu, atau justru sebaliknya memiliki latar belakang keluarga yang baik sehingga membuat siswa lain merasa iri.

Yang menarik, tidak semua korban dan pelaku bullying relasional menyadari bahwa tindakan mereka merupakan bentuk perundungan. Dampak bullying relasional sangat berbahaya karena korban akan merasa tidak diinginkan di lingkungan tersebut, kehilangan teman, dan mengalami isolasi sosial yang berkepanjangan. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang serius pada korban.

4. Bullying di Dunia Maya (Cyberbullying)

Cyberbullying merupakan bentuk perundungan yang dilakukan melalui media digital atau elektronik seperti media sosial, aplikasi chatemail, atau platform online lainnya. Jenis perundungan ini menjadi semakin marak seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan internet yang masif.

Cyberbullying memiliki karakteristik khusus yang membuatnya berbeda dari jenis bullying lainnya. Perundungan ini dapat terjadi 24 jam tanpa henti, memiliki jangkauan yang sangat luas karena bisa viral di internet, dan seringkali dilakukan secara anonim sehingga sulit dilacak. Bentuk-bentuk cyberbullying meliputi mengirim pesan yang mengancam atau melecehkan, menyebarkan foto atau video tanpa izin, membuat akun palsu untuk mempermalukan seseorang, dan menyebarkan rumor atau informasi pribadi.

Dampak cyberbullying sangat serius bagi kesehatan mental korban. Menurut penelitian, korban dapat mengalami berbagai gejala seperti depresi, gangguan tidur, gangguan kecemasan, stres yang meningkat, dan dalam kasus ekstrem bahkan dapat memicu keinginan bunuh diri. Penelitian Mutma menemukan bahwa satu dari lima korban cyberbullying mengalami dampak psikologis yang serius.

Yang membuat cyberbullying semakin berbahaya adalah sifatnya yang permanen. Konten yang disebarkan di internet dapat bertahan lama dan sulit dihapus, sehingga trauma korban bisa berkepanjangan. Korban juga merasa tidak aman secara online dan dapat mengalami paranoia serta kesulitan dalam membangun hubungan online yang positif.

5. Bullying Psikologis (Emotional Bullying)

Bullying psikologis merupakan jenis perundungan yang paling sulit dideteksi karena tidak meninggalkan jejak fisik yang jelas. Jenis perundungan ini melibatkan tindakan yang bertujuan untuk merusak kondisi mental dan emosional korban secara sistematis.

Bentuk-bentuk bullying psikologis meliputi mempermalukan korban di depan umum, mengontrol atau memanipulasi perilaku korban, memberikan ancaman yang menakutkan, mengintimidasi dengan tatapan atau gerakan tertentu, dan menciptakan suasana yang membuat korban merasa tidak aman. Tindakan ini seringkali dilakukan secara halus dan berkesinambungan sehingga korban tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami perundungan.

Dampak bullying psikologis sangat merusak karena menyerang langsung ke aspek mental korban. Penelitian menunjukkan bahwa korban bullying psikologis dapat mengalami trauma berkepanjangan, depresi, penurunan konsentrasi, kehilangan rasa percaya diri, dan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan gangguan mental yang memerlukan penanganan profesional.

Yang mengkhawatirkan, bullying psikologis seringkali terjadi dalam hubungan yang dekat seperti pertemanan, pacaran, atau bahkan keluarga. Pelaku biasanya menggunakan pengetahuan pribadi tentang korban untuk menyerang titik-titik lemahnya. Hal ini membuat korban semakin sulit untuk mengidentifikasi dan melaporkan perundungan yang dialaminya.

6. Bullying Berdasarkan Prasangka (Prejudicial Bullying)

Jenis bullying ini terjadi ketika seseorang menjadi target perundungan karena identitas atau karakteristik tertentu yang dimilikinya, seperti ras, agama, orientasi seksual, disabilitas, atau latar belakang ekonomi. Bullying berdasarkan prasangka seringkali lebih sistematis dan memiliki akar yang mendalam dalam stereotip atau diskriminasi sosial.

Bullying rasial melibatkan perlakuan buruk terhadap seseorang karena latar belakang ras atau etnis mereka, seperti mengatakan hal-hal buruk tentang budaya tertentu, memanggil dengan nama yang rasis, atau menceritakan lelucon yang berbasis rasial untuk menyakiti. Sementara itu, bullying religius terjadi ketika seseorang diperlakukan buruk karena kepercayaan agama mereka, termasuk membuat komentar negatif tentang agama atau menceritakan lelucon yang berbasis agama.

Bullying terhadap penyandang disabilitas melibatkan pengucilan atau perlakuan buruk karena keterbatasan fisik atau mental yang dimiliki seseorang. Jenis perundungan ini sangat merugikan karena menyerang aspek yang tidak dapat diubah dari identitas korban dan dapat menyebabkan trauma yang mendalam.

Dampak dari bullying berdasarkan prasangka tidak hanya mempengaruhi korban secara individual, tetapi juga dapat memperburuk kondisi sosial yang lebih luas dengan memperkuat stereotip dan diskriminasi di masyarakat. Oleh karena itu, pencegahan jenis bullying ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan edukasi tentang keberagaman dan toleransi.

Dampak Serius dari Berbagai Jenis Bullying




Seluruh jenis bullying yang telah disebutkan memiliki dampak yang serius bagi korban, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian Lusiana dan Arifin (2022) menunjukkan bahwa bullying memiliki dampak buruk baik bagi pelaku maupun korban. Bagi korban, dampak yang dapat terjadi meliputi gangguan kesehatan mental, penurunan prestasi akademik, isolasi sosial, dan dalam kasus ekstrem dapat menyebabkan keinginan bunuh diri.

Dampak psikologis yang dialami korban bullying antara lain trauma, depresi, tekanan psikologis, penurunan konsentrasi, dan kehilangan rasa percaya diri. Studi menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban bullying mengalami kesulitan belajar karena gangguan mental, motivasi belajar yang rendah, dan perilaku yang cenderung menyendiri serta takut berbaur dengan siswa lain.

Tidak hanya bagi korban, pelaku bullying juga dapat mengalami dampak negatif seperti timbulnya perasaan bersalah dan menyesal. Dalam jangka panjang, pelaku bullying cenderung memiliki masalah dalam berempati dan berinteraksi sosial, serta berpotensi mengalami masalah kesehatan mental seperti gejala emosional yang tidak terkontrol.

Yang paling mengkhawatirkan, dampak bullying dapat bertahan hingga dewasa dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. Trauma dan pengalaman negatif yang dialami korban dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kehidupan sosial di masa depan.

Strategi Pencegahan Bullying yang Efektif

Mencegah bullying memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Salah satu strategi yang efektif adalah memberikan penyuluhan tentang bullying kepada siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah. Penyuluhan ini harus mencakup penjelasan mengenai ciri-ciri bullying, dampak yang ditimbulkan, serta cara mengatasi dan melaporkan perundungan.

Membangun budaya lingkungan yang positif merupakan kunci utama dalam pencegahan bullying. Di sekolah misalnya, guru dan staf harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman, bersahabat, dan ramah. Siswa pun perlu diajarkan nilai-nilai positif seperti empati, toleransi, menghargai perbedaan, dan kerjasama.

Kesimpulan

Memahami berbagai jenis bullying merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan perundungan di masyarakat. Dari bullying fisik yang kasat mata hingga cyberbullying yang terjadi di dunia maya, setiap bentuk perundungan memiliki karakteristik dan dampak yang serius bagi korban. Bullying verbal yang dominan terjadi, bullying relasional yang sulit dideteksi, hingga bullying berdasarkan prasangka yang sistematis, semuanya memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat.

Penting untuk diingat bahwa bullying bukan hanya masalah individu, tetapi merupakan masalah sosial yang memerlukan penanganan komprehensif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran tentang jenis-jenis bullying, kita dapat lebih peka dalam mengidentifikasi dan mencegah terjadinya perundungan di sekitar kita.

Setiap orang memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari bullying. Mulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas, semua harus berkolaborasi untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif perundungan. Ingatlah bahwa tidak ada bentuk bullying yang bisa dianggap sepele, dan setiap tindakan pencegahan yang kamu lakukan dapat menyelamatkan seseorang dari trauma yang berkepanjangan.

Posting Komentar